ERDIKHA MORNING IDEA 15 SEPTEMBER 2021
View PDF
15 Sep 2021

Inflasi AS Turun, Semoga Isu Tapering Dapat Mereda

Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6129. Ditransaksikan dengan volume yang cukup ramai jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks ditopang oleh sektor Consumer Cyclicals (0.606%), Energy (2.162%), Financials (0.023%), Healthcare (0.534%), Industrials (1.297%), Infrastructures (2.089%), Consumer Non-Cyclical (0.553%), Properties & Real Estate (1.823%), Technology (1.957%), Transportation & Logistic (0.804%) kendati dibebani oleh sektor Basic Materials (-0.098%) yang mengalami pelemahan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6087 dan level resistance 6155. Bursa saham AS di Wall Street (New York), tiga indeks utama finis di jalur merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite terkoreksi masing-masing 0,82%, 0,56%, dan 0,43%. Inflasi Agustus US Tumbuh Melambat Pada Selasa malam telah rilis data indikator ekonomi US yakni tingkat inflasi pada bulan Agustus yang tercatat tumbuh melambat yakni 5,3% dari sebelumnya 5,4% (YoY) dan 0,3% dari sebelumnya 0,5% (MoM). Tingkat inflasi inti juga melambat yakni 4% dari 4,3% (YoY) dan 0,1% dari 0,3% (MoM). Perlambatan terlihat pada biaya mobil dan truk bekas (31,9% persen vs 41,7% pada bulan Juli) serta jasa transportasi (4,6% vs 6,4%) dan inflasi stabil untuk tempat tinggal (2,8%) dan pakaian jadi (4,2%). Di sisi lain, kenaikan harga yang lebih cepat terlihat untuk makanan (3,7% vs 3,4%), yaitu makanan di rumah (3% vs 2,6%) dan makanan di luar rumah (4,7% vs 4,6%); kendaraan baru (7,6% vs 6,4%); energi (25% vs 23,8%); dan layanan perawatan medis (1% vs 0,8%). Harga tiket pesawat, mobil dan truk bekas, serta asuransi kendaraan bermotor semuanya turun selama sebulan sementara kenaikan terlihat pada biaya bensin, perabot dan operasi rumah tangga, makanan, dan tempat tinggal. Dengan adanya tingkat inflasi yang melambat ini membuat ketiga indeks utama US ditutup dijalur merah, karena perlambatan yang terjadi menandakan bahwa laju perekonomian pada bulan Agustus masih rendah atau dapat dikatakan tidak melaju kencang. Menurut kami perlambatan yang terjadi bisa juga disebabkan oleh kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi di US beberapa waktu lalu akibat varian Delta, meskipun tingkat vaksinasi disana sudah cukup tinggi namun kenaikan kasus baru Covid-19 tersebut cukup berdampak signifikan terhadap laju perekonomian US. Rencana Kenaikan Tarif Pajak US oleh Partai Demokrat Seperti yang kami tulis pada report hari Selasa, bahwa rencana kenaikan tarif pajak US masih menjadi paerhian para pelaku pasar juga. Kenaikan tarif PPh, jika terwujud, tentu akan mengurangi laba emiten. Ini tentu menjadi kabar buruk bagi pasar saham. Para pimpinan perwakilan Partai Demokrat di AS mencoba untuk menggulirkan kembali rencana kenaikan tarif pajak. Terutama bagi orang pribadi yang mampu dan badan usaha. Komite Ways dan Means di US House of Representatives akan memulai proses pembahasan proposal kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) untuk membiayai belanja yang membengkak akibat penanganan pandemi virus corona. Target yang ingin dicapai adaah menambah penerimaan negara sebanyak US$ 2,9 triliun dalam tempo 10 tahun. Richard Neal, Pimpinan Komite Ways and Means, mengungkapkan rencana menaikkan PPH badan yang sekarang tarifnya 21%. Sementara tarif PPh orang pribadi berpenghasilan di atas US$ 400.000 per tahun atau pasangan dengan gabungan penghasilan di atas US$ 450.000 per tahun akan dinaikkan dari 37% menjadi 39,6%. Setelah pandemi ini mereda nampaknua beberapa negara yang sebelumnya sempat melonggarkan beberapa kebijakan guna meminimalisir dampak yang signifikan, kini perlahan akan kembali diberlakukan, seperti halnya yang terjadi di Inggris yang juga sudah merenakan akan menaikkan tarif pajak untuk mengurangi pembengkakan utang negara. Menanti Rilisnya Neraca Perdagangan, Ekspor dan Impor Indonesia Bulan Agustus Hari ini akan ada rilis data indikator ekonomi domestik yakni neraca perdagangan yang diproyeksikan akan kembali surplus menjadi US$ 2,36 miliar dari sebelumnya US$ 2,59 miliar (YoY). Dari surplus tersebut diproyeksikan juga bahwa impor akan tumbuh sebesar 45.1% dari sebelumnya 44,44% (YoY) dan ekspor 36,9% dari sebelumnya 29,32% (YoY). Dari proyeksi tersebut terlihat bahwa ekspor tumbuh signifikan dibandingkan dengan impor. Apabila data yang rilis sesuai proyeksi maka akan ada potensi bagi indeks IHSG akan bergerak di zona hijau.





PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com